Istilah anxiety merupakan konsep yang sangat sukar dalam
psikologi karena dinilai rumit dan sangat menyangkutkan konsep daripada bukti
nyata. Didalamnya tersangkut dinamika yang bervariasi, tetapi jelas sangat
besar peranannya dalam membangun gangguan-gangguan tertentu. Hampir semua orang
pernah mengalami anxiety, tetapi hampir semua orang pula tidak dapat melukiskan
secara obyektif apa yang dirasakannya. Pengalaman ini termasuk
komponen-komponen sistem syaraf yang patologis serta otonomik. Adanya berbagai
faktor yang menimbulkan perasaan cemas atau takut itu, menimbulkan suatu
perasaan yang berbahaya, yang tidak selalu jelas apa penyebabnya. Dalam teori
Freud, kecemasan ditemukan dalam tiga jenis, yaitu :
§ Kecemasan yang sumbernya obyektif/kecemasan nyata, yang juga
disebut takut (fear).
§ Kecemasan yang disebut kecemasan neurotik, yaitu kecemasan yang
tidak memperlihatkan sebab dan ciri-ciri khas yang obyektif.
§ Kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan
oleh hati nurani (conscience)
Dengan adanya kecemasan, biasanya kita tidak dapat secara jelas
mengemukakan apa yang berbahaya, dan kalaupun kita mampu menyebutkannya, kita
merasa bahwa orang lain hampir dapat dipastikan tidak mengerti masalah yang
sedang kita hadapi itu. Selain kejadian-kejadian yang kita antisipasi, kita
juga mengenal mengenal kejadian-kejadian mendadak yang mencemaskan, yang tidak
selalu dapat diprediksikan secara jelas dari lingkungan aktual kita. Kondisi
demikian disebut sebagai apprehension.
David Barlow menampilkan suatu model mengenai sumber anxiety,
yang yang bersangkutan dengan sisi biologis, psikologis, maupun
kejadian-kejadian dilingkungan. Dia mengatakan, jika kita mendasarkan diri pada
cara fasilitatif yang bersifat matualistis, maka kita akan memberikan atau
menemukan sistem feed back yang terus menerus. Inti kognitif dan emosional dari
sistem ini diperkuat oleh pengalaman alarm (tanda bahaya) yang berulang-ulang
kali.
Contohnya adalah percobaan terhadap kucing yang diletakkan di
suatu tempat yang ada penghalangnya. Di lantai tempat kucing itu berada
diletakkan kabel yang beraliran listrik, sehingga kucing terkejut kalau listrik
dialirkan, sehingga meloncat ke bagian lain untuk menghindari kejutan aliran
listrik tersebut. Lalu ia kembali ke tempatnya, jika aliran listrik telah
berhenti. Bisa jadi reaksi terhadap arus listrik dapat diprogram, kalau ada
aturannya. Tetapi kalau aturan tersebut tidak ada, kucing menjadi neurotik. Artinya
kejutan di suatu tempat tidak dapat diduga kapan datangnya. Dia tidak tahu
kapan aliansi akan terjadi dan dari mana situasi tersebut berasal.
Demikianlah pola respon anxiety ini merupakan suatu pola respon
yang bersifat depensif dan menolak atau menghindari (avoidance) adanya situasi
yang dikehendaki dan menyebabkan kita tidak dapat membuat tindakan yang pasti. Misalnya,
seorang pasien fobia, biasanya akan mengembangkan strategi-strategi perilaku
yang terus menerus, untuk meyakinkan bahwa ia sedang mengalami situasi atau
lingkungan yang mengandung hal-hal yang mencemaskan. Dengan demikian, secara
terpaksa ia harus selalu siap menghadapi suatu yang tidak dapat ia duga.