Minggu, 03 Februari 2013

Pola Respons Cemas (Anxiety Response Pattern)



Istilah anxiety merupakan konsep yang sangat sukar dalam psikologi karena dinilai rumit dan sangat menyangkutkan konsep daripada bukti nyata. Didalamnya tersangkut dinamika yang bervariasi, tetapi jelas sangat besar peranannya dalam membangun gangguan-gangguan tertentu. Hampir semua orang pernah mengalami anxiety, tetapi hampir semua orang pula tidak dapat melukiskan secara obyektif apa yang dirasakannya. Pengalaman ini termasuk komponen-komponen sistem syaraf yang patologis serta otonomik. Adanya berbagai faktor yang menimbulkan perasaan cemas atau takut itu, menimbulkan suatu perasaan yang berbahaya, yang tidak selalu jelas apa penyebabnya. Dalam teori Freud, kecemasan ditemukan dalam tiga jenis, yaitu :
§  Kecemasan yang sumbernya obyektif/kecemasan nyata, yang juga disebut takut (fear).
§  Kecemasan yang disebut kecemasan neurotik, yaitu kecemasan yang tidak memperlihatkan sebab dan ciri-ciri khas yang obyektif.
§  Kecemasan sebagai akibat dari adanya keinginan yang tertahan oleh hati nurani (conscience)
Dengan adanya kecemasan, biasanya kita tidak dapat secara jelas mengemukakan apa yang berbahaya, dan kalaupun kita mampu menyebutkannya, kita merasa bahwa orang lain hampir dapat dipastikan tidak mengerti masalah yang sedang kita hadapi itu. Selain kejadian-kejadian yang kita antisipasi, kita juga mengenal mengenal kejadian-kejadian mendadak yang mencemaskan, yang tidak selalu dapat diprediksikan secara jelas dari lingkungan aktual kita. Kondisi demikian disebut sebagai apprehension.
David Barlow menampilkan suatu model mengenai sumber anxiety, yang yang bersangkutan dengan sisi biologis, psikologis, maupun kejadian-kejadian dilingkungan. Dia mengatakan, jika kita mendasarkan diri pada cara fasilitatif yang bersifat matualistis, maka kita akan memberikan atau menemukan sistem feed back yang terus menerus. Inti kognitif dan emosional dari sistem ini diperkuat oleh pengalaman alarm (tanda bahaya) yang berulang-ulang kali.
Contohnya adalah percobaan terhadap kucing yang diletakkan di suatu tempat yang ada penghalangnya. Di lantai tempat kucing itu berada diletakkan kabel yang beraliran listrik, sehingga kucing terkejut kalau listrik dialirkan, sehingga meloncat ke bagian lain untuk menghindari kejutan aliran listrik tersebut. Lalu ia kembali ke tempatnya, jika aliran listrik telah berhenti. Bisa jadi reaksi terhadap arus listrik dapat diprogram, kalau ada aturannya. Tetapi kalau aturan tersebut tidak ada, kucing menjadi neurotik. Artinya kejutan di suatu tempat tidak dapat diduga kapan datangnya. Dia tidak tahu kapan aliansi akan terjadi dan dari mana situasi tersebut berasal.
Demikianlah pola respon anxiety ini merupakan suatu pola respon yang bersifat depensif dan menolak atau menghindari (avoidance) adanya situasi yang dikehendaki dan menyebabkan kita tidak dapat membuat tindakan yang pasti. Misalnya, seorang pasien fobia, biasanya akan mengembangkan strategi-strategi perilaku yang terus menerus, untuk meyakinkan bahwa ia sedang mengalami situasi atau lingkungan yang mengandung hal-hal yang mencemaskan. Dengan demikian, secara terpaksa ia harus selalu siap menghadapi suatu yang tidak dapat ia duga.