Rabu, 01 Mei 2013

Teknik Systematic Desensitization



2.1 Konsep Dasar
Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan secara bertahap stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan. Merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Wolpe (1958), sebagai pengembang teknik desensitisasi berargumentasi bahwa segenap tingkah laku neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan respons kecemasan dapat dihapus oleh penemuan respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut. (Misalnya, dengan pengkondisian klasikal).
Systematic desensitization didesain untuk membantu klien yang mengalami phobia. Klien dan terapis pertama-tama membuat daftar tingkatan/ hirarki ketakutan dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Kemudian klien disuruh relax, dan selanjutnya prosedur terapis dimulai (mulai dari imaginal menuju kepada aktual desensitisasi). Teknik ini juga melibatkan relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Siituasi dihadirkan dalam suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam.
2.2 Prosedur Teknik
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan. Dan bahwa respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang antagonistic. Perangsangan yang menimbulkan kecemasan secara berulang-ulang disepasangkan dengan relaksasi sehingga hubungan antara perangsangan dengan respon terhadap kecemasan dapat dieliminasi. Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengankecemasan yang dialami klien. Teknik ini tak dapat berjalan tanpa teknik relaksasi. Adapun prosedur pelaksanaan teknik ini dapat di ikuti lebih lanjut di bawah ini:
a.       Analisis perilaku yang menimbulkan kecemasan.
b.      Menyusun hierarkhi atau jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan kecemasan dari yang kurang hingga yang paling mencemaskan klien.
c.       Memberi latihan relaksasi otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki. Kaki klien diletakkan di atas bantal atau kain wool. Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan, kepala, kemudian leher dan bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian anggota bagian bawah.
d.      Klien diminta membayangkan situasi yang menyenangkannya sepereti di pantai, ditengah taman yang hijau dan lain-lain.
e.       Klien di suruh memejamkan mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan. Bila klien sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi klien. Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan.
f.       Bila pada suatu situasi klien cemas dan gelisah, maka konselor memerintahkan klien agar membayangkan situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan kecemasan yang baru terjadi.
g.      Menyusun hierarkhi atau jenjang kecemasan harus bersama klien, dan konselor menuliskannya di kertas

2.3 Implikasi
Secara harfiah, systematic desensitization berarti pengurangan kerentanan dengan cara yang sistematis. Teknik ini digunakan untuk menghilangkan rasa takut, ngeri dan fobia. Dalam teknik ini terdapat tiga unsur yaitu : a) latihan pengenduran otot. b) menyusun peringkat perangsang yang menimbulkan kecemasan, dan c) permintaan supaya klien dalam keadaan kendur (relax) membayangkan perangsangan-perangsangan kecemasan sesuai dengan peringkat yang disusun pada unsur (b).
Latihan pengenduran otot dilakukan sebagaimana telah dijelaskan pada latihan pengenduran. Keadaan kendur hendaknya dipertahankan dari awal sampai akhir. Adapun susunan perangsang yang menimbulkan kecemasan (ketakutan) hendaknya disepakati oleh klien dan konselor. Susunlah mulai dari yang menimbulkan kecemasan klien ke yang paling tidak menimbulkan kecemasan. Misalnya klien takut oleh anjing herder, mulailah dengan anjing herder, lalu anjing lain yang juga menakutkan tetapi tidak sekeras anjing herder, misalnya anjing penjaga rumah, setelah itu mungkin anjing kampung.
Mintalah klien membayangkan perangsang yang paling kurang menakutkan, dalam contoh ini anjing kampung. Jika ia berhasil membayangkannya dalam keadaan kendur. Kemudian konselor meminta membayangkan perangsang berikutnya, yaitu anjing kampung. Demikian selanjutnya sampai klien dapat membayangkan anjing herder dalam keadaan kendur. Jika tingkat itu tercapai, klien itu sudah tidak takut lagi pada anjing herder.
Dalam latihan ini mungkin klien mengalami kegagalan, misalnya kehilangan kekenduran tatkala membayangkan anjing penjaga rumah. Jika gagal, latihan dihentikan sampai klien kembali ke dalam keadaan kendur, kemudian teruskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar