2.1 Konsep Dasar
Istilah desensitisasi merupakan usaha untuk memperkenalkan
secara bertahap stimulus atau situasi-situasi yang menimbulkan ketakutan.
Merupakan teknik yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat
secara negatif, dan menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang
berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Wolpe (1958), sebagai
pengembang teknik desensitisasi berargumentasi bahwa segenap tingkah laku
neurotik adalah ungkapan dari kecemasan dan respons kecemasan dapat dihapus
oleh penemuan respons yang secara inheren berlawanan dengan respons tersebut.
(Misalnya, dengan pengkondisian klasikal).
Systematic desensitization didesain untuk membantu klien yang
mengalami phobia. Klien dan terapis pertama-tama membuat daftar tingkatan/
hirarki ketakutan dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Kemudian
klien disuruh relax, dan selanjutnya prosedur terapis dimulai (mulai dari
imaginal menuju kepada aktual desensitisasi). Teknik ini juga melibatkan
relaksasi. Klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan
pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan. Siituasi dihadirkan dalam
suatu rangkaian dari yang sangat tidak mengancam kepada yang sangat mengancam.
2.2 Prosedur Teknik
Teknik ini dikembangkan oleh Wolpe yang mengatakan bahwa semua
perilaku neurotic adalah ekspresi dari kecemasan. Dan bahwa respon terhadap
kecemasan dapat dieliminasi dengan menemukan respon yang antagonistic.
Perangsangan yang menimbulkan kecemasan secara berulang-ulang disepasangkan
dengan relaksasi sehingga hubungan antara perangsangan dengan respon terhadap
kecemasan dapat dieliminasi. Teknik desensitisasi sistematik bermaksud mengajar
klien untuk memberikan respon yang tidak konsisten dengankecemasan yang dialami
klien. Teknik ini tak dapat berjalan tanpa teknik relaksasi. Adapun prosedur
pelaksanaan teknik ini dapat di ikuti lebih lanjut di bawah ini:
a.
Analisis perilaku yang
menimbulkan kecemasan.
b.
Menyusun hierarkhi atau
jenjang-jenjang situasi yang menimbulkan kecemasan dari yang kurang hingga yang
paling mencemaskan klien.
c.
Memberi latihan relaksasi
otot-otot yang dimulai dari lengan hingga otot kaki. Kaki klien diletakkan di
atas bantal atau kain wool. Secara terinci relaksasi otot dimulai dari lengan,
kepala, kemudian leher dan bahu, bagian belakang, perut dan dada, dan kemudian
anggota bagian bawah.
d.
Klien diminta membayangkan
situasi yang menyenangkannya sepereti di pantai, ditengah taman yang hijau dan
lain-lain.
e.
Klien di suruh memejamkan
mata, kemudian disuruh membayangkan situasi yang kurang mencemaskan. Bila klien
sanggup tanpa cemas atau gelisah, berarti situasi tersebut dapat diatasi klien.
Demikian seterusnya hingga ke situasi yang paling mencemaskan.
f.
Bila pada suatu situasi
klien cemas dan gelisah, maka konselor memerintahkan klien agar membayangkan
situasi yang menyenangkan tadi untuk menghilangkan kecemasan yang baru terjadi.
g.
Menyusun hierarkhi atau
jenjang kecemasan harus bersama klien, dan konselor menuliskannya di kertas
2.3 Implikasi
Secara harfiah, systematic desensitization berarti pengurangan
kerentanan dengan cara yang sistematis. Teknik ini digunakan untuk
menghilangkan rasa takut, ngeri dan fobia. Dalam teknik ini terdapat tiga unsur
yaitu : a) latihan pengenduran otot. b) menyusun peringkat perangsang yang
menimbulkan kecemasan, dan c) permintaan supaya klien dalam keadaan kendur
(relax) membayangkan perangsangan-perangsangan kecemasan sesuai dengan
peringkat yang disusun pada unsur (b).
Latihan pengenduran otot dilakukan sebagaimana telah dijelaskan
pada latihan pengenduran. Keadaan kendur hendaknya dipertahankan dari awal
sampai akhir. Adapun susunan perangsang yang menimbulkan kecemasan (ketakutan)
hendaknya disepakati oleh klien dan konselor. Susunlah mulai dari yang
menimbulkan kecemasan klien ke yang paling tidak menimbulkan kecemasan.
Misalnya klien takut oleh anjing herder, mulailah dengan anjing herder, lalu
anjing lain yang juga menakutkan tetapi tidak sekeras anjing herder, misalnya
anjing penjaga rumah, setelah itu mungkin anjing kampung.
Mintalah klien membayangkan perangsang yang paling kurang
menakutkan, dalam contoh ini anjing kampung. Jika ia berhasil membayangkannya
dalam keadaan kendur. Kemudian konselor meminta membayangkan perangsang
berikutnya, yaitu anjing kampung. Demikian selanjutnya sampai klien dapat membayangkan
anjing herder dalam keadaan kendur. Jika tingkat itu tercapai, klien itu sudah
tidak takut lagi pada anjing herder.
Dalam
latihan ini mungkin klien mengalami kegagalan, misalnya kehilangan kekenduran
tatkala membayangkan anjing penjaga rumah. Jika gagal, latihan dihentikan
sampai klien kembali ke dalam keadaan kendur, kemudian teruskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar