Komunikasi AntarPribadi
Definisi
Komunikasi AntarPribadi
·
Menurut (De Vito, 1976) Komunikasi antar
pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang
yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.
(Liliweri,1991:12)
·
Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada
hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan
seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator
mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga pada saat komunikasi
dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau
negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada
komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
·
Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan
bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua
orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan
tidak berstruktur.
·
Menurut Rogers dalam Depari (1988)
komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi
dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
Jadi,
Komunikasi
antarpribadi adalah
komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat
maupun organisasi (bisnis dan non bisnis) dengan menggunakan media komunikasi
tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
Tujuan Komunikasi AntarPribadi
Tujuan
komunikasi antarpribadi antara lain sebagai berikut :
1.
Menyampaikan
informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat mengetahui informasi tersebut.
Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat mengetahui informasi tersebut.
2.
Berbagi
pengalaman
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.
3. Menumbuhkan simpati
4. Melakukan kerja sama
Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan krjasama antar
Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan krjasama antar
seseorang
dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu
yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.
5. Menceritakan kekecawaan atau
kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa
atau
kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak
akan
mengurangi beban pikiran. Kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita
apa yang
selama ini dipendam.
6. Menumbuhkan motivasi
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu
yag baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuar dari dalam diri seseorang
untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk
melakukan sesuatu
karena dimotivasi orang lain dengan cara-cara seperti pemberian insentif
yang bersifat
financial maupun non financial, memberikan pengakuan atas kinerjanya
ataupun
memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.
Efektivitas dan Karakteristik
Komunikasi AntarPribadi
menurut
Devito, karakteristik efektifitas komunikasi antarpribadi dilihat dari tiga
sudut pandang, yaitu sudut pandang humanistic, pragmatis serta sudut pandang
pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan.
A. Humanistik
Humanistik
mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan
mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang
sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir
secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta
dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Dalam
ancangan humanistic ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:
1.
Keterbukaan
Pengetahuan
tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama,
berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita.
Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila
konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk
menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung
menghindari sikap difensif dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain.
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan
komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga,
menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini
adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik
anda dan anda bertanggungjawab atasnya.
2.
Empati
Empati
dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memposisikan diri terhadap
apa yang sedang dialami orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi
dan pengalami orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan
mereka untuk masa mendatang. Perasaan empati ini akan membuat seseorang mampu
menyesuaikan komunikasiya.
3.
Sikap Mendukung
Hubungan
antarpribadi yang efektif adalah hubungan yang dimana terdapat sikap mendukung.
Sikap terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak
mendukung. Sikap mendukung ini dapat diperlihatkan dalam bentuk sikap yang:
1.
Deskriptif, bukan evaluatif
2.
Spontan bukan strategik
3.
Provisional bukan sangat yakin.
4. Sikap positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suatu
pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik. suasana jiwa yang
mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan
dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme. Sikap positif adalah
keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila
sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokan fokus mental seseorang
pada yang negatif. Bagi
orang yang berpikiran positif mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir buruk
maka ia akan segera memulihkan dirinya. Yaitu yang sudah menuju ke arah
negatif untuk kembali ke arah positif. Banyak orang dan ahli terutama para
motivator yang membuat pengertian sikap
positif. Ada dua cara dalam mengkomunikasikan sikap positif yaitu,
menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman
kita berinteraksi.
Sikap.
Sikap positif mengacu pada
sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi
antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka
sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat
penting untuk interaksi yang efektif.
Dorongan. Dorongan adalah istilah yang
berasal dari kosa kata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisi
transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum. Dorongan positif
umumnya berbentuk pujian atau penghargaan dan terdiri ataas perilaku yang biasa
kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan. Dorongan positif mendukung
citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. Sedangkan dorongan
negaif bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.
5.
Kesetaraan
Dalam
setiap situasi, memungkinkan terjadi ketidaksetaraan. Tidak pernah ada dua
orang yang setara dalam segala hal. Terlepas dari itu, komunikasi antarpribadi
akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara
diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga dan kedua pihak
mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
B. Pragmatis
Ancangan
pragmatis, keperilakuan atau sering dikatakan sebagai ancangan “keras” untuk
efektifitas antarpribadi, adakalanya dinamai model kompetensi, memusatkan pada
perilaku spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk mendapat hasil
yang diinginkan. Model ini menawarkan lima kualitas efektifitas : kepercayaan
diri, kebersatuan, manajemen interaksi, daya pengungkapan dan orientasi ke
pihak lain. (Spitzberg & Cupach, 1989; Spitzberg & Hecht, 1984 dalam
Devito 1997)
Kepercayaan diri.
Bisa
diartikan keberanian individu untuk melakukan sesuatu hal yang menurut
anggapannya benar atau sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya
untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa
individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri,
alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada
adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa
memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung
oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap
diri sendiri. Sedangkan
orang yang kurang percaya diri sedapat mungkin akan cenderng menarik diri atau menghindari situasi komunikasi.
Komunikator yang efektif mempunyai kepercayaan diri yang sosial. Komunikator
yang secara sosial memiliki kepercayaan diri bersikap santai, tidak kaku,
fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku pada nada suara tertentu
dan gerak tubuh tertentu, terkendali dan tidak gugup atau canggung. Sehingga
perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat orang.
Kebersatuan.
Mengacu
pada penggabungan antara pembicara dan pendengar sehingga tercipta rasa kebersamaan dan
kesatuan. Komunukator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan
perhatian. Bahasa yang menunjukan kebersatuan umumnya ditanggapi lebih positif
ketimbang bahasa yang tidak menunjukan kebersatuan. Kebersatuan menyatukan
pembicara dan pendengar.
Secara
nonverbal kita mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yang
patut, kedekatan fisik yang menggemakan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh
yang langsung dan terbuka. Ini meliputi gerakan tubuh yang dipusatkan pada
orang yang anda ajak berinteraksi, tidak terlalu banyak melihat kesana-kemari,
tersenyum kepada orang itu, dan perilaku lain yang mengisyaratkan, "Saya
berminat kepada anda."
Kebersatuan dikomunikasikan secara
verbal dengan berbagai cara. Misalnya:
1.
Menyebut nama lawan bicara.
2.
Menggunakan kata ganti yang mencakup baik pembicara maupun pendengar.
3.
Memberikan umpan balik yang relevan.
4.
Tunjukkanlah bahwa anda memusatkan perhatian pada kata-kata lawan bicara.
5.
Kukuhkan, hargai, atau pujilah lawan bicara.
6. Sertakan referensi-diri ke dalam pemyataan
yang bersifat evaluatif.
Manajemen Interaksi.
Komunikator
yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam
manalemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa
menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan
komunikasi. Menjaga peran sebagai pembicara dan pendengar dan melalui gerakan
mata, ekspresi vocal, serta gerakan tubuh dan wajah yang sesuai, saling
memberikan kesempatan untuk berbicara merupakan keterampilan manajemen
interaksi.
Manajemen
interaksi yang efektif menyampaikan pesan-pesan verbal dan nonverbal yang
saling bersesuaian dan saling memperkuat. Layak dikemukakan di sini bahwa wanita
pada umumnya menggunakan ekspresi nonverbal yang lebih positif dan lebih
menyenangkan ketimbang pria. Sebagai contoh, wanita lebih banyak tersenyum,
lebih banyak mengangguk tanda setuju, dan lebih terbuka dalam mengungkapkan
perasaan positif. Tetapi, ketika mengungkapkan perasaan marah atau kekuasaan
yang dimiliki, banyak wanita yang tetap menggunakan isyarat-isyarat nonverbal
positif ini, sehingga melemahkan ekspresi kemarahan atau kekuasaan tersebut.
Hasilnya adalah bahwa wanita demikian seringkali canggung dalam memperlihatkan
emosi negatif, dan lawan bicara karenanya kurang bisa mempercayai mereka atau
merasa terancam oleh perilaku ini.
Pemantauan Diri
Pemantauan-diri
berhubungan secara integral dengan manajemen interaksi antarpribadi. Pemantauan
diri adalah manipulasi citra yang kita tampilkan kepada pihak lain (Snyder,
1986 dalam Devito 1997). Pemantaun-diri yang cermat selalu menyesuaikan
perilaku mereka menurut umpan balik dari pihak lain, guna mendapatkan efek yang
paling menyenangkan. Mereka memanipulasi (dalam arti positif) interaksi
antarpribadi untuk menciptakan kesan antarpribadi yang terbaik dan paling
efektif. Pemantau-diri yang kurang baik, sebaliknya, tidak terlalu
memperhatikan citra yang mereka pancarkan kepada pihak lain. Interaksi mereka
ditandai oleh keterbukaan di mana mereka mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
mereka tanpa usaha memanipulasi eitra yang mereka ciptakan. Kebanyakan dari
kita berada di antara kedua ekstrim ini.
Daya Ekspresi (Pengungkapan).
Mengacu
pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi pribadi,
kita berperan serta dalam permainan dan tidak hanya sekedar menjadi penonton.
Dalam situasi konflik daya ekspresi mencakup ikut berkelahi secara aktif
menyatakan ketidaksetujuan, bukan berkelahi secara pasif, menarik diri atau
melemparkan tanggungjawab kepada orang lain. Gerak-gerik tubuh mampu
mengkomunikasikan keterlibatan. Kita mendemonstrasikan daya ekspresi dengan
menggunakan variasi dalam kecepatan, nada, volume dan ritme suara untuk
mengisyaratkan keterlibatan dan perhatian dan'dengan membiarkan otot-otot wajah
mencerminkan dan menggemakan keterlibatan ini. Menggunakan terlalu sedikit
gerak-gerik mengisyaratkan ketiadaan minat. Terlalu banyak gerak-gerik dapat
mengkomunikasikan ketidaknyamanan, kecanggungan dan kegugupan.
Daya Orientasi Kepada Orang Lain.
Mengacu
pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama
perjumpaan antar pribadi. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan
minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Kita mengkomunikasikan
orientasi kepada orang lain melalui verbal dan nonverbal. Komunikator yang
berorientasi kepada lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudut
pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan pandangan dari lawan bicara ini.
Begitu juga orang berorientasi pada lawan bicara mengkomunikasikan pengertian empatik dengan
menggemakan perasaan pihak lain atau mengungkapkan pengalaman atau perasaan
yang sama. Bentuk perwujudan empati, orang yang berorientasi pada lawan bicara
mendengarkan dengan penuh perhatian dan memperlihatkan perhatian ini secara
verbal dan nonverbal. Orientasi kepada lawan bicara memberikan umpan balik yang
cepat dan pantas yang menunjukan pemahaman mendalam tentang perasaan dan pikiran.
C.
Pergaulan Sosial dan Sudut Pandang Kesetaraan
Pergaulan
sosial mengatakan bahwa kita mengembangkan hubungan bila manfaatnya lebih besar
daripada biaya yang harus kita keluarkan. Kita melibatkan diri dalam hubungan
yang akan memberikan keuntungan bagi kita. Imbalan atau manfaat atau keuntungan
adalah hal-hal yang memnuhi kebutuhan kita akan rasa kepuasan, penerimaan
sosial, keuntungan keuangan, status dll. Tetapi imbalan ini menuntut
pengorbanan, biaya atau bayaran tertentu. Misalnya untuk memperoleh keuntungan
yang besar maka diperlukan kerja keras yang mengorbankan sebagian kebebasan
kita. Model ini berorientasi pada ekonomi, teori ini lebih menjelaskan
kecenderungan kita untuk mencari keuntungan atau manfaat dengan mengeluarkan
biaya (pengorbanan) sesedikit mungkin.
Teori Kesetaraan
Teori
ini dilandasi oleh teori pergaulan sosial dan mengatakan bahwa kita tidak saja
berusaha membina hubungan yang menfaatnya melampaui biayanya, melainkan juga
bahwa kita mengalami kepuasan dari suatu hubungan bila ada kesetaraan atau
pemerataan dalam distribusi imbalan dan biaya diantara kedua pihak yang
berhubungan (Berscheid & Walster, 1978 ; Hatfield & Traupman, 1981
dalam Devito, 1997). Artinya bukan saja
menginginkan manfaaat yang lebih besar daripada biaya yang kita keluarkan,
tetapi tetapi juga menghendaki manfaat yang sebanding dengan pengorbanan yang
kita keluarkan.
Thibault
dan Kelley (Rakhmat, 2011;119) berasumsi dasar bahwa, setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Ganjaran,
biaya, laba dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori
ini. Tingkat perbandingan menunjukan ukuran baku/ standar yang dipakai sebagai
kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini
dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain
yang terbuka. Bila masa lalu individu mengalami hubungan antarpribadi yang
memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan
dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur ganjaran
hubungan antarpribadi dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan
kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan antarpribadi sebelumnya,
makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia memeroleh hubungan
antarpribadi yang memuaskan. Ada beberapa pedoman praktis untuk komunikasi
antarpribadi yang efektif dalam konsep ini, berikut ini adalah empat
diantaranya:
Bertukar Manfaat
Dalam
setiap hubungan selalu ada biaya, masalah keuangan, ketegangan pekerjaan,
konflik antarpribadi. Imbangilah biaya ini dengan mempertukarkan manfaat atau
kesenangan, khususnya perilaku saling mengasihi (lederer, 1984 dalam Devito,
1997). Perilaku mengasihi adalah dukungan-dukungan kecil yang kita terima
dengan senang hati dari mitra hubungan kita. Pada saat pertama perilaku ini
terasa dibuat-buat, tetapi dengan berjalannya waktu perilaku tersebut akan
menjadi bagian normal dari interaksi dan akan berlangsung terus mengimbangi
biaya yang selalu ada dalam setiap hubungan.
Menanggung Beban Biaya Bagian Anda
Seperti
teori kesetaraan, kita merasa tidak puas bila kita harus memikul bagian biaya
secara tidak adil. Ingatlah bahwa mitra kita juga merasakan hal yang sama. Bila
mitra anda memikul beban biaya yang lebih besar, pikulah sebagian darinya agar
hubungan lebih setara.
Mengintensifkan Pertukaran Manfaat Pada Saat Biaya Meningkat
Bila
suatu hubungan mengalami masalah (artinya biaya melampaui batas), banyak orang
yang bereaksi pasif, menanti situasi berubah dengan sendirinya atau membiarkan
hubungan memburuk lebih jauh. Seharusnya inilah saatnya untuk menerapkan
ancangan aktif dan untuk mengintensifkan pertukaran manfaat dan dukungan.
Memperbesar Manfaat untuk Mengurangi Daya Tarik Alternatif
Bila
biaya suatu hubungan melampaui manfaatnya, daya tarik alternative meningkat.
Tetapi bila manfaatnya melebihi biayanya, daya tarik alternative turun.
Misalnya bila mitra anda kehilangan pekerjaan dan masalah keuangan terjadi,
maka tetangga yang kaya raya dapat menjadi semakin menarik sebagai alternative.
Karakteristik Komunikasi AntarPribadi
Dari penjelasan definisi
komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disebutkan
tentang beberapa karakteristik komunikasi antar pribadi diantaranya adalah :
Barnlund (1968) ada beberapa
ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antar pribadi, yaitu :
1. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan
2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur
3. Terjadi secara kebetulan
4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu
5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas
6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja. (Liliweri, 1991:12-13)
1. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan
2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur
3. Terjadi secara kebetulan
4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu
5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas
6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja. (Liliweri, 1991:12-13)
De Vito (1976)
mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri :
1. Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
2. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
4. Rasa positif (positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
1. Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
2. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
4. Rasa positif (positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Menurut Evert M.Rogers dalam
Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar
pribadi adalah:
1. Arus pesan yang cenderung dua arah
2. Konteks komunikasinya tatap muka
3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi
5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat
6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.
1. Arus pesan yang cenderung dua arah
2. Konteks komunikasinya tatap muka
3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi
5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat
6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.
Dari berbagai sumber tersebut
diatas maka dapat dirumuskan bahwa karakteristik komunikasi antar pribadi
adalah :
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka),
Tatap muka pada umumnya memiliki sebuah efek lebih kepada individu yang melakukan aktifitas komunikasi.
2. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas
3. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja
4. Kerapkali berbalas-balasan
Pihak-pihak saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi, Arus pesannya dua arah.
5. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.
Setiap orang lebih suka berkomunikasi dengan orang lain dan berusaha supaya lebih dekat dengan pasangannya. Faktor kedekatan itu biasanya terutama menyatakan hubungan mereka. Dengan kedekatan tersebut maka akan melahirkan suatu kebebasan untuk menyatakan pendapatnya dalam percakapan diantara mereka. Setelah bebas maka berbagai variasi dalam percakapan pun dapat dilakukan tanpa pihak yang lain merasa tersinggung.
6. Harus membuahkan hasil
Komunikasi antar pribadi dikatakan sukses apabila membawa hasil. Hasil-hasil komunikasi harus nyata merubah cara pandang/wawasan, perasaan, maupun perilaku yang nyata. Hasil komunikasi ini menentukan sukses tidaknya komunikasi yang telah dilaksanakan. Komunikasi antar pribadi saling mempengaruhi dan mengubah.
7. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.
Komunikasi antar pribadi adalah verbal dan non verbal. Komunikasi terjadi biasanya dengan percakapan / dialog, namun kata-kata tidaklah cukup, kadang disertai dengan lambang-lambang untuk menjelaskan makna atau maksud anda atau memperkuat pertanyaan yang disampaikan. Gerakan tubuh tertentu dapat menunjukkan pesan tertentu jika diwujudkan bersamaan dengan pengucapan kata-kata. Fungsi dari lambang, bahwa seorang komunikator menerjemahkan suatu pesannya dengan lambang tertentu demi pesan itu sendiri dan memperkuat makna pesan itu. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka),
Tatap muka pada umumnya memiliki sebuah efek lebih kepada individu yang melakukan aktifitas komunikasi.
2. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas
3. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja
4. Kerapkali berbalas-balasan
Pihak-pihak saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi, Arus pesannya dua arah.
5. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.
Setiap orang lebih suka berkomunikasi dengan orang lain dan berusaha supaya lebih dekat dengan pasangannya. Faktor kedekatan itu biasanya terutama menyatakan hubungan mereka. Dengan kedekatan tersebut maka akan melahirkan suatu kebebasan untuk menyatakan pendapatnya dalam percakapan diantara mereka. Setelah bebas maka berbagai variasi dalam percakapan pun dapat dilakukan tanpa pihak yang lain merasa tersinggung.
6. Harus membuahkan hasil
Komunikasi antar pribadi dikatakan sukses apabila membawa hasil. Hasil-hasil komunikasi harus nyata merubah cara pandang/wawasan, perasaan, maupun perilaku yang nyata. Hasil komunikasi ini menentukan sukses tidaknya komunikasi yang telah dilaksanakan. Komunikasi antar pribadi saling mempengaruhi dan mengubah.
7. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.
Komunikasi antar pribadi adalah verbal dan non verbal. Komunikasi terjadi biasanya dengan percakapan / dialog, namun kata-kata tidaklah cukup, kadang disertai dengan lambang-lambang untuk menjelaskan makna atau maksud anda atau memperkuat pertanyaan yang disampaikan. Gerakan tubuh tertentu dapat menunjukkan pesan tertentu jika diwujudkan bersamaan dengan pengucapan kata-kata. Fungsi dari lambang, bahwa seorang komunikator menerjemahkan suatu pesannya dengan lambang tertentu demi pesan itu sendiri dan memperkuat makna pesan itu. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar