Jumat, 14 Desember 2012

Komunikasi antar Pribadi



Komunikasi AntarPribadi
Definisi Komunikasi AntarPribadi
·         Menurut (De Vito, 1976) Komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang yang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung. (Liliweri,1991:12)
·         Effendy (1986) mengemukakan bahwa pada hakikatnya komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung. Komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga pada saat komunikasi dilancarkan. Komunikator mengetahui pasti apakah komunikasinya itu positif atau negatif, berhasil atau tidak. Jika tidak, ia dapat memberi kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
·         Dean C. Barnlund (1968) mengemukakan bahwa komunikasi antar pribadi biasanya dihubungkan dengan pertemuan antara dua orang, atau tiga orang atau mungkin empat orang yang terjadi sangat spontan dan tidak berstruktur.
·         Menurut Rogers dalam Depari (1988) komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi.
Jadi, Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non bisnis) dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Tujuan Komunikasi AntarPribadi
Tujuan komunikasi antarpribadi antara lain sebagai berikut :
1.      Menyampaikan informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapat mengetahui informasi tersebut.

2.      Berbagi pengalaman
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan.

3. Menumbuhkan simpati

4. Melakukan kerja sama
    Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan krjasama antar
    seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu
    yang bermanfaat bagi kedua belah pihak.

5. Menceritakan kekecawaan atau kekesalan
    Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa      
    atau kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak akan
    mengurangi beban pikiran. Kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita apa yang
    selama ini dipendam.

6. Menumbuhkan motivasi
    Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang lain untuk melakukan
    sesuatu yag baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuar dari dalam diri seseorang
    untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu
    karena dimotivasi orang lain dengan cara-cara seperti pemberian insentif yang bersifat
    financial maupun non financial, memberikan pengakuan atas kinerjanya ataupun
    memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi.

Efektivitas dan Karakteristik Komunikasi AntarPribadi
            menurut Devito, karakteristik efektifitas komunikasi antarpribadi dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu sudut pandang humanistic, pragmatis serta sudut pandang pergaulan sosial dan sudut pandang kesetaraan.

A.  Humanistik
            Humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
            Dalam ancangan humanistic ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu:
1.      Keterbukaan
            Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diri menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap difensif dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajak berinteraksi. Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah memang milik anda dan anda bertanggungjawab atasnya.
2.      Empati 
            Empati dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memposisikan diri terhadap apa yang sedang dialami orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalami orang lain, perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang. Perasaan empati ini akan membuat seseorang mampu menyesuaikan komunikasiya.
3.      Sikap Mendukung
            Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan yang dimana terdapat sikap mendukung. Sikap terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Sikap mendukung ini dapat diperlihatkan dalam bentuk sikap yang:
1.      Deskriptif, bukan evaluatif
2.      Spontan bukan strategik
3.      Provisional bukan sangat yakin.
4.      Sikap positif
Sikap positif adalah perwujudan nyata dari suatu pikiran  terutama memperhatikan hal-hal yang baik. suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme. Sikap positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokan fokus mental seseorang pada yang negatif.  Bagi orang yang berpikiran positif mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir buruk maka ia akan segera memulihkan dirinya. Yaitu yang sudah  menuju ke arah negatif untuk kembali ke arah positif. Banyak orang dan ahli terutama para motivator yang membuat pengertian sikap positif. Ada dua cara dalam mengkomunikasikan sikap positif yaitu, menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
            Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
            Dorongan. Dorongan adalah istilah yang berasal dari kosa kata umum, yang dipandang sangat penting dalam analisi transaksional dan dalam interaksi antarmanusia secara umum. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan dan terdiri ataas perilaku yang biasa kita harapkan, kita nikmati dan kita banggakan. Dorongan positif mendukung citra pribadi kita dan membuat kita merasa lebih baik. Sedangkan dorongan negaif bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.

5.      Kesetaraan
            Dalam setiap situasi, memungkinkan terjadi ketidaksetaraan. Tidak pernah ada dua orang yang setara dalam segala hal. Terlepas dari itu, komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga dan kedua pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

B.     Pragmatis
            Ancangan pragmatis, keperilakuan atau sering dikatakan sebagai ancangan “keras” untuk efektifitas antarpribadi, adakalanya dinamai model kompetensi, memusatkan pada perilaku spesifik yang harus digunakan oleh komunikator untuk mendapat hasil yang diinginkan. Model ini menawarkan lima kualitas efektifitas : kepercayaan diri, kebersatuan, manajemen interaksi, daya pengungkapan dan orientasi ke pihak lain. (Spitzberg & Cupach, 1989; Spitzberg & Hecht, 1984 dalam Devito 1997)
Kepercayaan diri.
            Bisa diartikan keberanian individu untuk melakukan sesuatu hal yang menurut anggapannya benar atau sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun  terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri, alias “sakti”. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Sedangkan orang yang kurang percaya diri sedapat mungkin akan cenderng menarik diri  atau menghindari situasi komunikasi. Komunikator yang efektif mempunyai kepercayaan diri yang sosial. Komunikator yang secara sosial memiliki kepercayaan diri bersikap santai, tidak kaku, fleksibel dalam suara dan gerak tubuh, tidak terpaku pada nada suara tertentu dan gerak tubuh tertentu, terkendali dan tidak gugup atau canggung. Sehingga perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat orang.

Kebersatuan.
            Mengacu pada penggabungan antara pembicara dan pendengar  sehingga tercipta rasa kebersamaan dan kesatuan. Komunukator yang memperlihatkan kebersatuan mengisyaratkan minat dan perhatian. Bahasa yang menunjukan kebersatuan umumnya ditanggapi lebih positif ketimbang bahasa yang tidak menunjukan kebersatuan. Kebersatuan menyatukan pembicara dan pendengar.
            Secara nonverbal kita mengkomunikasikan kebersatuan dengan memelihara kontak mata yang patut, kedekatan fisik yang menggemakan kedekatan psikologis, serta sosok tubuh yang langsung dan terbuka. Ini meliputi gerakan tubuh yang dipusatkan pada orang yang anda ajak berinteraksi, tidak terlalu banyak melihat kesana-kemari, tersenyum kepada orang itu, dan perilaku lain yang mengisyaratkan, "Saya berminat kepada anda."
Kebersatuan dikomunikasikan secara verbal dengan berbagai cara. Misalnya:
1.      Menyebut nama lawan bicara.
2.      Menggunakan kata ganti yang mencakup baik pembicara maupun pendengar.
3.      Memberikan umpan balik yang relevan.
4.      Tunjukkanlah bahwa anda memusatkan perhatian pada kata-kata lawan bicara.
5.      Kukuhkan, hargai, atau pujilah lawan bicara.
6.       Sertakan referensi-diri ke dalam pemyataan yang bersifat evaluatif.
Manajemen Interaksi.
            Komunikator yang efektif mengendalikan interaksi untuk kepuasan kedua pihak. Dalam manalemen interaksi yang efektif, tidak seorangpun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting. Masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. Menjaga peran sebagai pembicara dan pendengar dan melalui gerakan mata, ekspresi vocal, serta gerakan tubuh dan wajah yang sesuai, saling memberikan kesempatan untuk berbicara merupakan keterampilan manajemen interaksi.
            Manajemen interaksi yang efektif menyampaikan pesan-pesan verbal dan nonverbal yang saling ber­sesuaian dan saling memperkuat. Layak dikemukakan di sini bahwa wanita pada umumnya menggunakan ekspresi nonverbal yang lebih positif dan lebih menyenangkan ketimbang pria. Sebagai contoh, wanita lebih banyak tersenyum, lebih banyak mengangguk tanda setuju, dan lebih terbuka dalam mengungkapkan perasaan positif. Tetapi, ketika mengungkapkan perasaan marah atau kekuasaan yang dimiliki, banyak wanita yang tetap menggunakan isyarat-isyarat nonverbal positif ini, sehingga melemahkan ekspresi kemarahan atau kekuasaan tersebut. Hasilnya adalah bahwa wanita demikian seringkali canggung dalam memperlihatkan emosi negatif, dan lawan bicara karenanya kurang bisa mempercayai mereka atau merasa terancam oleh perilaku ini.
Pemantauan Diri
            Pemantauan-diri berhubungan secara integral dengan manajemen interaksi antarpribadi. Pemantauan diri adalah manipulasi citra yang kita tampilkan kepada pihak lain (Snyder, 1986 dalam Devito 1997). Pemantaun-diri yang cermat selalu menyesuaikan perilaku mereka menurut umpan balik dari pihak lain, guna mendapatkan efek yang paling menyenangkan. Mereka memanipulasi (dalam arti positif) interaksi antarpribadi untuk menciptakan kesan antarpribadi yang terbaik dan paling efektif. Pemantau-diri yang kurang baik, sebaliknya, tidak terlalu memperhatikan citra yang mereka pancarkan kepada pihak lain. Interaksi mereka ditandai oleh keterbukaan di mana mereka mengkomunikasikan pikiran dan perasaan mereka tanpa usaha memanipulasi eitra yang mereka ciptakan. Kebanyakan dari kita berada di antara kedua ekstrim ini.
Daya Ekspresi (Pengungkapan).
            Mengacu pada keterampilan mengkomunikasikan keterlibatan tulus dalam interaksi pribadi, kita berperan serta dalam permainan dan tidak hanya sekedar menjadi penonton. Dalam situasi konflik daya ekspresi mencakup ikut berkelahi secara aktif menyatakan ketidaksetujuan, bukan berkelahi secara pasif, menarik diri atau melemparkan tanggungjawab kepada orang lain. Gerak-gerik tubuh mampu mengkomunikasikan keterlibatan. Kita mendemonstrasikan daya ekspresi dengan menggunakan variasi dalam kecepatan, nada, volume dan ritme suara untuk mengisyaratkan keterlibatan dan perhatian dan'dengan membiarkan otot-otot wajah mencerminkan dan menggemakan keterlibatan ini. Menggunakan terlalu sedikit gerak-gerik mengisyaratkan ketiadaan minat. Terlalu banyak gerak-gerik dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanan, kecanggungan dan kegugupan.
Daya Orientasi Kepada Orang Lain.
            Mengacu pada kemampuan kita untuk menyesuaikan diri dengan lawan bicara selama perjumpaan antar pribadi. Orientasi ini mencakup pengkomunikasian perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan lawan bicara. Kita mengkomunikasikan orientasi kepada orang lain melalui verbal dan nonverbal. Komunikator yang berorientasi kepada lawan bicara melihat situasi dan interaksi dari sudut pandang lawan bicara dan menghargai perbedaan pandangan dari lawan bicara ini. Begitu juga orang berorientasi pada lawan bicara  mengkomunikasikan pengertian empatik dengan menggemakan perasaan pihak lain atau mengungkapkan pengalaman atau perasaan yang sama. Bentuk perwujudan empati, orang yang berorientasi pada lawan bicara mendengarkan dengan penuh perhatian dan memperlihatkan perhatian ini secara verbal dan nonverbal. Orientasi kepada lawan bicara memberikan umpan balik yang cepat dan pantas yang menunjukan pemahaman mendalam tentang perasaan dan pikiran.

C.    Pergaulan Sosial dan Sudut Pandang Kesetaraan
            Pergaulan sosial mengatakan bahwa kita mengembangkan hubungan bila manfaatnya lebih besar daripada biaya yang harus kita keluarkan. Kita melibatkan diri dalam hubungan yang akan memberikan keuntungan bagi kita. Imbalan atau manfaat atau keuntungan adalah hal-hal yang memnuhi kebutuhan kita akan rasa kepuasan, penerimaan sosial, keuntungan keuangan, status dll. Tetapi imbalan ini menuntut pengorbanan, biaya atau bayaran tertentu. Misalnya untuk memperoleh keuntungan yang besar maka diperlukan kerja keras yang mengorbankan sebagian kebebasan kita. Model ini berorientasi pada ekonomi, teori ini lebih menjelaskan kecenderungan kita untuk mencari keuntungan atau manfaat dengan mengeluarkan biaya (pengorbanan) sesedikit mungkin.
      Teori Kesetaraan
            Teori ini dilandasi oleh teori pergaulan sosial dan mengatakan bahwa kita tidak saja berusaha membina hubungan yang menfaatnya melampaui biayanya, melainkan juga bahwa kita mengalami kepuasan dari suatu hubungan bila ada kesetaraan atau pemerataan dalam distribusi imbalan dan biaya diantara kedua pihak yang berhubungan (Berscheid & Walster, 1978 ; Hatfield & Traupman, 1981 dalam Devito, 1997).  Artinya bukan saja menginginkan manfaaat yang lebih besar daripada biaya yang kita keluarkan, tetapi tetapi juga menghendaki manfaat yang sebanding dengan pengorbanan yang kita keluarkan.
            Thibault dan Kelley (Rakhmat, 2011;119) berasumsi dasar bahwa, setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Ganjaran, biaya, laba dan tingkat perbandingan merupakan empat konsep pokok dalam teori ini. Tingkat perbandingan menunjukan ukuran baku/ standar yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan individu pada waktu sekarang. Ukuran baku ini dapat berupa pengalaman individu pada masa lalu atau alternatif hubungan lain yang terbuka. Bila masa lalu individu mengalami hubungan antarpribadi yang memuaskan, tingkat perbandingannya turun. Bila seorang gadis pernah berhubungan dengan kawan pria dalam hubungan yang bahagia, ia akan mengukur ganjaran hubungan antarpribadi dengan kawan pria lain berdasarkan pengalamannya dengan kawan pria terdahulu. Makin bahagia ia pada hubungan antarpribadi sebelumnya, makin tinggi tingkat perbandingannya, berarti makin sukar ia memeroleh hubungan antarpribadi yang memuaskan. Ada beberapa pedoman praktis untuk komunikasi antarpribadi yang efektif dalam konsep ini, berikut ini adalah empat diantaranya:
Bertukar Manfaat
                             Dalam setiap hubungan selalu ada biaya, masalah keuangan, ketegangan pekerjaan, konflik antarpribadi. Imbangilah biaya ini dengan mempertukarkan manfaat atau kesenangan, khususnya perilaku saling mengasihi (lederer, 1984 dalam Devito, 1997). Perilaku mengasihi adalah dukungan-dukungan kecil yang kita terima dengan senang hati dari mitra hubungan kita. Pada saat pertama perilaku ini terasa dibuat-buat, tetapi dengan berjalannya waktu perilaku tersebut akan menjadi bagian normal dari interaksi dan akan berlangsung terus mengimbangi biaya yang selalu ada dalam setiap hubungan.
       Menanggung Beban Biaya Bagian Anda
                             Seperti teori kesetaraan, kita merasa tidak puas bila kita harus memikul bagian biaya secara tidak adil. Ingatlah bahwa mitra kita juga merasakan hal yang sama. Bila mitra anda memikul beban biaya yang lebih besar, pikulah sebagian darinya agar hubungan lebih setara.

    Mengintensifkan Pertukaran Manfaat Pada Saat Biaya Meningkat
                             Bila suatu hubungan mengalami masalah (artinya biaya melampaui batas), banyak orang yang bereaksi pasif, menanti situasi berubah dengan sendirinya atau membiarkan hubungan memburuk lebih jauh. Seharusnya inilah saatnya untuk menerapkan ancangan aktif dan untuk mengintensifkan pertukaran manfaat dan dukungan.
       Memperbesar Manfaat untuk Mengurangi Daya Tarik Alternatif
                             Bila biaya suatu hubungan melampaui manfaatnya, daya tarik alternative meningkat. Tetapi bila manfaatnya melebihi biayanya, daya tarik alternative turun. Misalnya bila mitra anda kehilangan pekerjaan dan masalah keuangan terjadi, maka tetangga yang kaya raya dapat menjadi semakin menarik sebagai alternative.

Karakteristik Komunikasi AntarPribadi
Dari penjelasan definisi komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disebutkan tentang beberapa karakteristik komunikasi antar pribadi diantaranya adalah :
Barnlund (1968) ada beberapa ciri yang bisa diberikan untuk mengenal komunikasi antar pribadi, yaitu :
1. Komunikasi antar pribadi terjadi secara spontan
2. Tidak mempunyai struktur yang teratur atau diatur
3. Terjadi secara kebetulan
4. Tidak mengejar tujuan yang telah direncanakan terlebih dahulu
5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas
6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja. (Liliweri, 1991:12-13)
De Vito (1976) mengemukakan suatu komunikasi antar pribadi mengandung ciri-ciri :
1. Keterbukaan (Openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi.
2. Empati (Empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain.
3. Dukungan (Supportiveness), yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
4. Rasa positif (positiveness), seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan atau kesamaan (Equality), yaitu pengakuan secara diamdiam
bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Menurut Evert M.Rogers dalam Depari (1988) ada beberapa ciri komunikasi yang menggunakan saluran antar pribadi adalah:
1. Arus pesan yang cenderung dua arah
2. Konteks komunikasinya tatap muka
3. Tingkat umpan balik yang terjadi tinggi
4. Kemampuan mengatasi tingkat selektivitas yang tinggi
5. Kecepatan jangkauan terhadap audience yang besar relatif lambat
6. Efek yang mungkin terjadi ialah perubahan sikap.
Dari berbagai sumber tersebut diatas maka dapat dirumuskan bahwa karakteristik komunikasi antar pribadi adalah :
1. Spontan dan terjadi sambil lalu saja (umumnya tatap muka),
Tatap muka pada umumnya memiliki sebuah efek lebih kepada individu yang melakukan aktifitas komunikasi.
2. Terjadi secara kebetulan di antara peserta yang tidak mempunyai identitas yang belum tentu jelas
3. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja
4. Kerapkali berbalas-balasan
Pihak-pihak saling bergantung satu sama lainnya dalam proses komunikasi, Arus pesannya dua arah.
5. Mempersyaratkan adanya hubungan paling sedikit dua orang, serta hubungan harus bebas, bervariasi, adanya keterpengaruhan.
Setiap orang lebih suka berkomunikasi dengan orang lain dan berusaha supaya lebih dekat dengan pasangannya. Faktor kedekatan itu biasanya terutama menyatakan hubungan mereka. Dengan kedekatan tersebut maka akan melahirkan suatu kebebasan untuk menyatakan pendapatnya dalam percakapan diantara mereka. Setelah bebas maka berbagai variasi dalam percakapan pun dapat dilakukan tanpa pihak yang lain merasa tersinggung.
6. Harus membuahkan hasil
Komunikasi antar pribadi dikatakan sukses apabila membawa hasil. Hasil-hasil komunikasi harus nyata merubah cara pandang/wawasan, perasaan, maupun perilaku yang nyata. Hasil komunikasi ini menentukan sukses tidaknya komunikasi yang telah dilaksanakan. Komunikasi antar pribadi saling mempengaruhi dan mengubah.
7. Menggunakan berbagai lambang-lambang bermakna.
Komunikasi antar pribadi adalah verbal dan non verbal. Komunikasi terjadi biasanya dengan percakapan / dialog, namun kata-kata tidaklah cukup, kadang disertai dengan lambang-lambang untuk menjelaskan makna atau maksud anda atau memperkuat pertanyaan yang disampaikan. Gerakan tubuh tertentu dapat menunjukkan pesan tertentu jika diwujudkan bersamaan dengan pengucapan kata-kata. Fungsi dari lambang, bahwa seorang komunikator menerjemahkan suatu pesannya dengan lambang tertentu demi pesan itu sendiri dan memperkuat makna pesan itu. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar